Monday, 9 April 2018

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) TEKNIK SIPIL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
   Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada di permukaan tanah/air,dan di bawah permukaan tanah/air. Sedangkan jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain.
Jalan mempunyai peranan yang penting dalam bidang sosial, ekonomi, politik, strategi/militer dan kebudayaan. Sehingga keadaan jalan dan jaringan-jaringan jalan bisa dijadikan barometer tentang tingginya kebudayaan dan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Sebuah pepatah mengatakan: “Bagaimana jalannya demikian pula bangsanya,  hanya bangsa yang ingin maju saja mengerti akan arti pentingnya jalan”.
Tujuan Peningkatan Jalan Pasi Janeng – Paya Baro Kec. Woyla Barat, Kab. Aceh Barat adalah untuk meningkat kelancaran transportasi karna banyak masyarakat yg melintasi jalan tersebut baik menuju pusat kecamatan maupun pasar, yang setiap hari nya merasa kelelahan dengan jalan yang masih tertutup dengan sirtu tipis, dimana sebagian pengendara roda dua terjatuh pada saat musim hujan  karna jalan menjadi licin, dan juga banyak lubang-lubang yang membuat pengendara sering terjatuh karna masuk tanpa sengaja kedalam lubang-lubang tersebu, apalagi  pada saat air tergenangg di jalan, sehingga tidak bisa dibedakan jalan rata atau berlubang.
Peningkatan Jalan Pasi JanengPaya Baro Gampong Rambong  Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat dengan sumber dana dari DAK – IPD  tahun anggaran 2016  No. kontrak 620/15/BANG/BM/DAK-IPD/2016 dengan tanggal kontrak 18 Juli 2016. Yang kemudian diadakan pelelangan yang di ikuti oleh beberapa kontraktor, dan pemenang yang berhak pada proyek ini adalah PT. Beudoh Pribumi dengan nilai kontrak Rp.2.468.445.000(Dua milyar empat ratus enam puluh delapan juta empat ratus empat puluh lima ribu rupiah)
1.2     Struktur Organisasi Proyek
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi atau orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam organisasi.
Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan maka setiap pekerjaan suatu proyek perlu dibentuk suatu susunan organisasi yang berfungsi untuk mengatur manajemen kerja, sehingga setiap pekerjaan dapat terkoordinir dengan baik. Dengan demikian unsur-unsur yang terlibat dalam organisasi tersebut akan memiliki rasa tanggung jawab. Hubungan antara suatu unsur dengan unsur lain harus selalu baik dan tidak melampaui batas wewenang dan kedudukannya sehingga semua pekerjaan dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan, pengelolaan manajemen yang baik juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proyek yang sedang  dilaksanakan.
Untuk mendukung kelancaran pekerjaan pemeliharaan jalan ini diperlukan struktur organisasi yang teratur dan jelas. Dalam struktur organisasi tersebut ada enam unsur yang terlibat dan memegang peranan penting dalam menangani pelaksanaan pekerjaan di lapangan, sehingga pekerjaan tersebut dapat terlaksana dengan lancar.
Secara hukum dan fungsional seluruh bagian organisasi ini terkait dan saling bekerja sama sesuai dengan fungsinya baik secara administrasi maupun dalam pelaksanaan di lapangan. Berikut adalah unsur-unsur yang terlibat dalam struktur organisasi yaitu:

            1.    Pemilik Proyek
2.    Konsultan Perencana
3.    Konsultan Pengawas
4.    Pelaksana

Untuk pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan, maka diperlukan kerja antar unsur-unsur yang terlibat di dalamnya seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.1


Gambar 1.1 Skema Hubungan Kerja Secara Hukum

         1.2.1        Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut (Ervianto, 2005). Pemberi tugas dalam surat perjanjian pemborongan adalah sebagai pihak pertama dan dapat mengambil keputusan sepihak untuk mengambil alih pekerjaan yang dilakukan, dengan cara menulis surat kepada kontraktor apabila terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan dalam undang-undang didalam surat perjanjian kerja (SPK). Pemberi tugas juga berwenang untuk memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada kontraktor.
Menurut Ervianto (2005) tugas dan wewenang pemilik proyek adalah :
1.      Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2.      Meminta laporan secara perodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
3.      Memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
4.      Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
5.      Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
6.      Ikut mengawasi jalanya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.
7.      Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8.      Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.
9.      Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
10.  Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.

1.2.2        Konsultan perencana
Konsultan perencana adalah suatu badan hukum atau perorangan yang diberi tugas oleh pemberi tugas untuk merencanakan dan mendesain bangunan sesuai dengan keinginan pemilik proyek. Selain itu juga memberikan saran dan pertimbangan akan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan proyek tersebut. Perencana juga bertugas untuk memberikan jawaban dan penjelasan atas hal-hal yang kurang jelas terhadap gambar rencana dan rencana kerja dan syarat-syarat. Perencana juga harus membuat gambar revisi bila terjadi perubahan-perubahan rencana dalam proyek.
Pekerjaan perencanaan meliputi perencanaan arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, anggaran biaya serta memberikan saran yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan (Ervianto, 2005).
Tugas dan kewajiban konsultan perencana adalah :
1.      Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja, syarat-syarat, dan hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
2.      Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek, konsultan supervisi, dan kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
3.      Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
4.      Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
5.      Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat (Ervianto, 2005).

Konsultan perencana arsitektur dapat bekerja sama dengan renik (hardscape) sebagai landscape consultant untuk merencanakan tata letak (perancangan taman), estetika bangunan dan sebagainya. Sedangkan quantity surveyor membangun owner dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari perencanaan arsitektur.
Konsultan perencana struktur bertugas merencanakan dan merancang struktur yang sesuai dengan keinginan pemilik proyek melalui kontraktor utama, baik struktur atas maupun struktur bawah dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain kondisi, fungsi bangunan, bentuk bangunan (segi arsitektur), kondisi lahan, serta kondisi alamnya.
Tugas dan wewenang konsultan perencana struktur antara lain adalah:
Ø  Membuat perhitungan seluruh proyek berdasarkan teknis yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ø  Membuat rancangan detail yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail serta rincian volume pekerjaan.
Ø  Memberikan penjelasan atas permasalahan yang timbul selama masa konstruksi.
Konsultan perencana MEP merupakan badan atau organisasi yang ahli dalam bidang mechanical, electrical, and plumbing. Tugas dan wewenang konsultan perencanan mechanical, electrical dan plumbing adalah:
Ø  Merencanakan instalasi yang menggunakan tenaga mesin dan listrik serta berbagai perlengkapan seperti misalnya AC, perlengkapan penerangan, plumbing, generator, pemadam kebakaran, telepon, dan sound system sesuai dengan keadaaan dan fungsi bangunan.
Ø  Memberikan penjelasan pada waktu rapat, menyusun dokumen pelaksanaan dan melakukan pengawasan berkala dan melaporkannya pada kontraktor utama.

1.2.3        Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak perorangan atau badan hukum yang ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik kegiatan untuk mengawasi dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar tercapai hasil kerja sesuai dengan persyaratan yang ada.
Adanya pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil sesuai dengan perencanaan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaan tugasnya, pengawas bertanggung jawab kepada pelaksana kegiatan. Pengawas berhak memberikan saran dan petunjuk kepada pelaksana (pemborong/kontraktor) jika dirasa perlu, agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan didalam RKS. Petunjuk yang diberikan mencakup bidang teknis dan admin. Pelaksanaan pengawasan pada kegiatan ini dilakukan oleh CV. DYORBIT Dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1.      Mengawasi jalannya kegiatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari setiap item pekerjaan;
2.      Mengawasi pemakaian bahan agar mutunya sesuai dengan bestek;
3.      Mengawasi pekerjaan dari program kerja yang telah disetujui;
4.      Mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-penyesuaian yang telah terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan telah mendapat persetujuan dari pimpinan kegiatan;
5.      Membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap kemajuan pekerjaan dan mengatur pembayaran per-tahap kepada kontraktor untuk kemudian diteruskan kepada pemimpin kegiatan;
6.      Bertangguang jawab terhadap waktu pelaksanaan kegiatan;
7.      Mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;
8.      Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal waktu pelaksanaan (time schedule).

Konsultan pengawas juga memiliki wewenang sebagai berikut:
a.       Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.
b.      Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
c.       Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
d.      Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek.
e.       Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (Site Instruction).
f.        Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

Konsultan pengawas biasa diadakan pada proyek bangunan dengan skala besar seperti gedung bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap dalam hal manajement konstruksi atau MK namun perbedaanya adalah MK mengelola jalannya proyek dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai berakhirnya proyek sedangkan konsultan pengawas hanya bertugas mengawasi jalannya pelaksanaan proyek saja.



Dalam kondisi nyata dilapangan diperlukan kerjasama yang baik antara konsultan pengawas dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam pelaksanaan pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan misalnya kontraktor dibatasi oleh waktu dalam melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat terpengaruh dari proses aproval material atau Shop Drawing dari konsultan pengawas.

1.2.4        Pelaksana Kegiatan
Pelaksana Kegiatan adalah pihak yang memiliki gagasan untuk membangun, baik secara perorangan (individu) atau badan hukum seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta maupun wakil suatu dinas atau jabatan.
Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi jalan Provinsi Aceh adalah pemerintah Republik Indonesia yang diwakilkan kepada Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Aceh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya. Untuk memudahkan urusan administrasi dan kelancaran proyek, maka ditunjuk seorang Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan.
Dalam menjalankan kewajiban, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiata (PPTK) mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1.      Membentuk panitia lelang yang bertugas membantu pemimpin kegiatan dalam pelaksanan pelelangan, misalnya menentukan konsultan perencana, konsultan pengawas dan pelaksana kegiatan;
2.      Menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan jalan yang akan dibangun;
3.      Mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik kegiatan dengan konsultan perencana, konsultan pengawas dan pelaksana disertai penandatanganan naskah serah terima;
4.      Bertanggung jawab atas segi administrasi, keuangan dan pelaksanaan fisik kegiatan yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional;
5.      Memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang berdasarkan surat keputusan dari pejabat atau instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan;
6.      Menyetujui dan menetapkan pembayaran termin sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan;
7.      Bertanggung jawab atas selesainya kegiatan tepat pada waktunya, sesuai dengan ketentuan dan perjanjian yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

1.3     Konsentrasi Tinjauan
Pembangunan Jalan Pasi Janeng – Paya Baro Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat. Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
  • Lapisan tanah dasar, tanah galian
  • Lapisan tanah dasar, tanah urugan
  • Lapisan tanah dasar, tanah asli
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan sangat tergantung dari sifat dan daya dukung tanah dasar. Beberapa persoalan yg menyangkut tanah dasar :
  • Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen)
  • Sifat kembang susut tanah.
  • Daya dukung yg tidak merata.
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
    Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
    Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
    Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
    Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
    Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

Material yang digunakan pada lapis pondasi atas adalah material yang mempunyai keawetan dan mempunyai minimal satu bidang pecah. Untuk pencampuran agregat dilakukan di tempat pencampuran yang telah ditetapkan. Tebal Lapisan Pondasi Atas adalah 15cm. Pada lapisan pondasi atas (Base Course) terdapat beberapa masalah yaitu pada sebagian ruas terdapat material agregat yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat gambar ulang yang sesuai dengan yang ada di lapangan.

1.4   Tujuan tinjauan
            Tujuan tinjauan pada pekerjaan ini adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan dan proses pekerjaan, dimulai dari penyiapan badan jalan, penyiapan material hingga proses pengangkutan dan penghamparan material di lokasi pekerjaan proyek.




1.5     Hasil tinjauan
            Berdasarkan hasil tinjauan dilapangan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Atas (Base Course) pada saat penghamparan menggunakan Motor Grader selalu terdapat permasalahan pada proses perataan hamparan material karena kondisi permukaan yang tidak rata.
Proses perataan harus diulang beberapa kali agar permukaan dapat sesuai dengan spek dan gambar rencana. Setelah material diratakan dan di gilas mengunakan Tandem Roller perlu dilakukan penyiraman agar permukaan jalan tidak kering dan berdebu karena dapat mengganggu masyarakat sekitar di lokasi pekerjaan. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam 1 hari. Proses penyiraman ini juga berfungsi untuk pemadatan, karena dengan adanya penyiraman ini maka rongga-rongga antara agregat akan terpadatkan dengan sendirinya.



BAB II
LINGKUP PEKERJAAN

            Kelancaran suatu proyek sangat ditentukan oleh pengaturan langkah-langkah kerja untuk setiap pekerjaan. Adapun ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada proyek Pembangunan Jalan Pasi JanengPaya Baro, Desa Rambong Kecamatan Woyla Timur,  Kabupaten Aceh Barat sebagai berikut :
1.         Umum
2.         Pekerjaan Tanah
3.         Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
4.         Pekerasan Berbutir
5.         Pekerasan Aspal
6.         Struktur
2.1       Pekerjaan Umum
            Umum merupakan pekerjaan yang sifatnya sementara, yaitu merupakan langkah awal dari suatu pengolahan pekerjaan proyek. Umum meliputi pekerjaan-pekerjaan yang akan dijelaskan berikut ini.
2.1.1    Mobilisasi
            Kontraktor akan mengadakan kantor lapangan sebagai tempat pusat pengelolaan pekerjaan yang mudah diakses dan berdekatan pekerjaan. Fasilitas perabot, atk, dan peralatan pengelola data dari dokumentasi disulap sesusai kebutuhan manajemen dan kondisi pekerjaan di lapangan.
2.1.2    Mobilisai peralatan
            Kontraktor akan mendatangkan, mengoperasikan, dan merawat semua peralatan konstruksi yang di butuhkan untuk menangani semua item pekerjaan sedemikian rupa mutu dan kuantitas pekerjaan sesuai dengan data kontrak. Peralatan yang dibutuhkan untuk penanganan pekerjaan ini berupa: Asphalt Mixing Plant, Asphlat Finisher, Asphalt Sprayer, Vibrator Roller, Dump Truck, Excavator, Motor Grader, Tandem Roller, Pheneumatic Tire Roller,  Water Tank, 

2.1.3    Manajemen dan keselamatan lalulintas
            Pengaturan lalu lintas adalah salah satu bagian yang sangat penting guna menjamin pada saat pelaksanaan pekerjaan yang tentunya pada saat aktivitas lalu lintas berjalan kemudian pekerjaan tidak mengalami gangguan dan juga terlindungi dari kerusakan yang bisa diakibatkan oleh lalu lintas tersebut. Adapun pengaturan lalu lintas itu dapat berupa :
-         Rambu dan penghalang yang dipasang saat atau tidak berlangsung pekerjaan dan rambu ini dapat dituliskan peringatan.
-         Petugas bendera, personil ini ditempatkan pada setiap lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung dan bertugas mengatur arah serta memberi aba –aba kepada Driver dan operator alat berat agar lalu lintas tidak menjadi terhenti apabila pekerjaan sedang berlangsung.
        2.1.4        Pemindahan bangunan dan relokasi utilitas
Kontraktor akan mengkoordinasikan dengan pihak terkait apabila terdapat fasilitas dan utilitas umum yang perlu direlokasi akibat penempatan struktur permanen pada pekerjaan ini.
Fasilitas dan utilitas umum tersebut berupa:
Ø  Jaringan listrik milik PLN
Ø  Jaringan telepon milik Telkom
Ø  Jaringan air minum milik PDAM
Ø  Traffic Light dan lampu penerangan jalan milik pemda setempat
Ø  Stuktur bangunan umum lainnya
2.2       Drainase
2.2.1    Galian untuk selokan drainase dan saluran air
              Galian untuk selokan drainase dan saluran air merupakan galian yang membentuk penampang selokan/drainase galian sesuai gambar. Penggalian dilakukan dengan Excavator dengan membentuk kemiringan dasar selokan sesuai arah aliran air limpahan sedemikian rupa, sistem drainase yang dibangun akan berfungsi sebagai mana direncanakan. Material galian disingkirkan dengan cara memuat ke dalam bak Dump Truck sedemikian hingga tidak akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
2.2.2      Pasangan batu dengan mortar
            Setiap batu yang telah dibasahi air diletakkan pada posisi sesuai profil yang telah terpasang dan diberi atas adukan mortar, demikian juga sambungan dan celah antara batu diisi padat dengan adukan. Pemasangan batu sedemikian hingga saling mengikat dan terkunci. Pemasangan dilakukan sesuai tebal dan elevasi rencana. Pekerjaan pasangan batu tidak dilakukan pada saat hujan lebat atau hujan berintensitas tinggi..
            Pemasangan batu dilakukan secara bertahap dengan ketinggian pasangan tidak lebih dari 1m perhari pemasangan. Pekerjaan dimulai dengan pembentukan pondasi, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan kedua sisi dinding saluran air setebal 15cm dan kemudian dilakukan pemasangan pada lantai saluran setebal 10cm. Permukaan pasangan diupayakan sedemikian rupa terlihat rapi dengan menggunakan alat bantu profil dan benang.
2.3       Pekerjaan Tanah
            Pekerjaan ini mencakup penggalian dengan menggunakan Excavator, tanah bekas galian yang tidak digunakan, Excavator membuang ke dalam bak Dump Truck untuk dibuang ke luar lokasi pekerjaan sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan berikutnya..
2.3.1    Galian biasa
            Galian tanah untuk penempatan pondasi badan jalan dilakukan dengan Excavator. Penggalian dimulai dari muka tanah dasar hingga mencapai kedalaman dan dimensi rencana sedemikain rupa membentuk penampang pada gambar bestek.
2.3.2    Timbunan biasa
            Material timbunan harus ditempatkan pada lokasi pekerjaan, kemudian setiap lapisan dihampar menggunakan Motor Grader dengan ketebalan maksimum 20cm dan dipadatkan menggunakan Vibrator Roller sambil disiram air hingga mencapai kadar air optimum. Setelah lapisan pertama selesai dipadatkan, kemudian dihampar lapisan berikutnya hingga mencapai elevasi timbunan yang telah direncanakan.
2.3.3    Timbunan pilihan
            Material timbunan harus ditempatkan pada lokasi pekerjaan, kemudian setiap lapisan dihampar menggunakan Motor Grader dengan ketebalan maksimum 20cm dan dipadatkan menggunakan Vibrator Roller sambil disiram air hingga mencapai kadar air optimum. Setelah lapisan pertama selesai dipadatkan, kemudian dihampar lapisan berikutnya hingga mencapai elevasi timbunan yang telah direncanakan.

2.3.4    Penyiapan badan jalan
            Penyiapan badan jalan hanya dilakukan pada area galian. Motor Grader meratakan area pemotongan tanah dasar pada area galian atau bisa disebut striping, kemudian dilanjutkan dengan proses pemadatan yang menggunakan Vibrator Roller. Proses pemadatan dilakukan dengan sejumlah lintasan pemadatan sambil disiaram air dengan menggunakn Water Tank pada kadar optimum hingga mencapai nilai kepadatan yang disyaratkan dalam spesifikasi.

2.4       Pekerasan Berbutir
2.4.1    Lapis pondasi agregat kelas B
            Material agregat kelas B didatangkan dan ditempatkan pada lokasi dengan menggunakan Dump Truck dengan menumpuk pada sejumlah titik dengan volume dan jarak tertentu sesuai kebutuhan, kemudian dihampar dengan menggunakan Motor Grader dengan ketebalan tertentu. Proses penghamparan dilakukan dengan cermat untuk menghindari kontaminasi dan segregasi. Selanjutnya agregat dipadatkan dengan Vibrator Roller mencapai ketebalan 20cm sesuai dengan yang telah ditentukan.

2.4.2    Lapis pondasi agregat kelas A
            Material agregat kelas A di datangkan dan ditempatkan pada lokasi dengan menggunakan Dump Truck dengan menumpuk pada sejumlah titik dengan volume dan jarak tertentu sesuai kebutuhan, kemudian di hampar dengan menggunakan Motor Grader dengan ketebalan tertentu. Proses penghamparan dilakukan dengan cermat untuk menghindari kontaminasi dan segregasi. Selanjutnya agregat dipadatkan dengan Vibrator Roller mencapai ketebalan 15cm sesuai dengan yang telah ditentukan.


2.5   Pasangan batu
            Setiap batu yang telah dibasahi air diletakkan pada posisi sesuai profil yang telah terpasang dan diberi atas adukan mortar, demikian juga sambungan dan celah antara batu di isi padat dengan adukan.Pemasangan batu sedemikian hingga saling mengikat dan terkunci. Pemasangan dilakukan sesuai tebal dan elevasi rencana. Pekerjaan pasangan batu tidak dilakukan pada saat hujan lebat atau hujan berintensitas tinggi.
Pasangan batu dikerjakan  dengan menggunakan Concrete Mixer. Pada pengerjaan ini batu terbesar di letakkan paling bawah, semakin ke atas batu yang di pakai ukurannya semakin kecil dengan bahan pengikat adalah semen, dengan kemiringan sesuai rencana.
Pemasangan batu dilakukan secara bertahap dengan ketinggian pasangan tidak lebih dari 1m perhari pemasangan. Pekerjaan dimulai dengan pembentikan pondasi, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan dinding dan elemen lain bangunan. Permukaan pasangan dilakukan sedemikian rupa terlihat rapi dengan menggunakan alat bantu profil dan benang.



BAB III
PEKERJAAN YANG DITINJAU

            Selama melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) pada proyek Peningkatan Jalan Pasi Janeng – Paya Baro Kecamatan Woyla Timur Kabupaten Aceh Barat terhitung dari tanggal 23 Agustus s/d 23 Oktober 2016. Hanya sebagian kegiatan proyek yang dapat penulis ikuti di karenakan kerbatasan waktu yang di berikan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat penulis ikuti adalah Lapisan Pondasi Aggregat A dan Aggregat Pondasi Pondasi Aggregat B.
               
3.1              Perkerasan Berbutir
Penggunaan material pada pekerjaan yang diamati ini dibuat berdasarkan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Untuk masing-masing perkerjaan,  material yang digunakan adalah sebagai berikut:

    3.1.1    Lapisan Pondasi Aggregat B
Lapis pondasi Aggregat B adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
·         Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
·         Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
·         Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
·         Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
·         Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.


    3.1.2    Lapisan Pondasi Aggregat A
Lapisan pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yan  terletak antara lapisan permukaan dan lapisan pondasi bawah (atau dengan tanah apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah),lapisan pondasi atas berfungsi sebagai:
1.      Lapis pendukung bagi lapis permukaan.
2.      Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang/horizontal dari beban roda dalam menyebarkan beban ke lapisan bawah.
3.    Bantalan terhadap lapisan permukaan.

            Pada pekerjaan lapisan pondasi atas yang diamati pekerjaan tersebut meliputi pemasokan,pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan. Material yang digunakan dilapangan sebelumnya telah mengalami pencampuran. Pencampuran dikerjakan dilokasi instalasi pemecah batu atau pencampuran, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasikan untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar. Bahan yang digunakan adalah bahan yang bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan yang tidak dikehendaki atau tidak sesuai dengan yang disyaratkan.
          Pada lapis pondasi atas agregat kelas A menggunakan agregat karas dengan ukuran rata-rata 1,5 inci dengan ketebalan 15cm dan minimal mempunyai satu bidang pecah. material yang digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Agregat Kelas B diperlihatkan pada Gambar 3.1
Sumber:(Suprapto, Tm. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Teknik Sipil. Universitas Gajah Mada)

Tabel 3.1. Gradasi Lapisan Pondasi Agregat




 Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga



                 Gambar 3.1 Material Untuk Lapis Pondasi Atas (LPA)

Sifat dan bahan yang digunakan untuk lapis pondasi agregat kelas A yang disyaratkan :
1.    Lapis PondasiAgregat
Terdapat dua kelas yang berbeda dari lapis pondasi agregat yaitu kelas A dan kelas B. pada umumnya agragat kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk suatu lapisan dibawah lapisan beraspal, dan lapisan pondasi agregat kelas B adalah untuk lapisan pondasi bawah. Bahan lapis pondasi atas terdiri dari potongan batu bersudut tajam yang keras, awet dan bersih tanpa potongan-potongan yang terlalu tipis atau  memanjang, dan bebas dari batu-batu yang lunak, tidak merupakan satuan batu bata pecah atau bercerai-berai.
2.    Fraksi Agregat Kasar
Agregat kasar yang tertahan ayakan 4,75mm harus terdiri dari partikel atau pecahan batu atau krikil yang keras dan awet. Untuk lapis pondasi agregat kelas A, maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100% berat agregat kasar. Untuk lapisan pondasi agregat kelas B maka untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari 50%, berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu bidang pecah.
3.    Fraksi Agregat Halus
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah dan partikel halus. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh lebih besar dari dua pertiga dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.
4.    Sifat dan Bahan Yang Disyaratkan
Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi. Tabel syarat gradasi untuk lapis pondasi Agregat diperlihatkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Sifat-Sifat Lapis Pondasi Agregat



Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga

5.    Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dikerjakan dilokasi instalasi pemecah batu atau pencampuran yang disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasikan untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran dilapangan. Penyimpanan material yang digunakan ini berupa gudang yang telah disediakan supaya mutu dari bahan tersebut tetap terpelihara dengan baik. Tempat penyimpanan material ini bebas dari tanaman dan sampah, bebas dari genangan air.

Pada Pekerjaan Lapis Pondasi Atas untuk penggunaan material sendiri dianggap telah memenuhi syarat yang ditentukan. Tidak terlihat adanya pencampuran material selain dari tempat pencampuran yang telah ditetapkan. Untuk gradasi material, ini menggunakan material lebih halus dari yang disyaratkan.

3.2         Peralatan
Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan serta pengoprasiannya untuk pekerjaan lapis pondasi atas (Base Course) :
1.    Truck Engkel
Untuk mengangkut material agregat kelas A dari lokasi pengolahan kelokasi pekerjaan menggunakan dua jenis Truck Engkel dengan kapasitas 8m³. Jumlah Dump Truck Engkel yaitu berjumlah 4 unit. Untuk satu siklus Dump Truck Engkel memakan waktu sekitar 83,41 menit mulai dari pengangkutan, penghamparan dan kembali mengambil material kelokasi pencampuran. Pada spesifikasi teknis penggunaan alat ini untuk mengangkut material dengan jarak tempuh yang relative jauh. Dump Truck Engkel pengangkut material diperlihatkan pada gambar 3.3.


Gambar 3.3 Dump  Truck Engkel yang digunakan untuk mengangkut material
2.    Motor Grader
Untuk penghamparan material yang telah di angkut dari lokasi pencampuran kemudian di hampar dengan menggunakan Motor Grader. Banyaknya Motor Grader yang digunakan disini berjumlah 1 unit. Motor Grader yang beroprasi mampu menghampar 8m3 material dalam waktu sekitar 20 menit. Penghamparannya dilakukan sesuai dengan gambar yang direncanakan yaitu dengan kemiringan 2,0% untuk badan jalan dan 4,0 % untuk bahu jalan. Gambar Motor Grader yang digunakan untuk penghamparan material agregat kelas A diperlihatkan pada gambar 3.4


Gambar 3.4 Motor Grader Untuk Penghamparan Material
3.    Vibrator Roller
Alat ini digunakan untuk memadatkan material yang sudah di hampar terlebih dahulu, Vibrator Roller yang digunakan 1 unit. Untuk pengoprasiannya dilakukan oleh seorang yang mempunyai keahlian dan mengendalikan Vibrator Roller. Gambar Vibrator Roller diperlihatkan pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 Vibrator Roller Sebagai Alat Pemadatan Material
4.    Water Tank
Alat ini digunakan untuk menyirami hamparan material, Water Tank yang digunakan 1 unit. Water Tank ini bekerja 1 orang, sebagai pengendali mobil dan juga bertugas untuk mengontrol daerah yang di siram dan juga mengatur debit air yang dikeluarkan. Gambar Water Tank diperlihatkan pada gambar 3.6.

Gambar 3.6Water Tank digunakan untuk menyirami hamparan material

3.3         Jadwal Pelaksanaan
Dalam dokumen kontrak pada berita acara serah terima lapangan pekerjaan pembangunan jalan Pasi Janeng – Paya Baro Gampong Rambong kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat (DAK – IPD  ) ini ditetapkan selama 151 (  seratus lima puluh satu hari) hari kalender  terhitung sejak tanggal 18 Juli 2016 s/d 15 Desember 2016. Jadwal pelaksanaan  untuk pekerjaan lapis pondasi atas pada proyek yang dilakukan di lapangan dimulai tanggal 18 Oktober 2016, sedangkan yang di amati untuk pekerjaan lapis pondasi atas yaitu selama 21 hari yang dimulai dari tanggal 18 Oktober s/d 7 November 2016, Pekerjaan lapisan pondasi atas diselesaikan 1 minggu lebih lama dari jadwal yang direncanakan, dikarenakan banyaknya proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut, dan terjadinya hambatan yang disebabkan cuaca, seperti hujan dan lain-lain. Sedangkan lapisan. Perbandingan antara pekerjaan yang direncanakan dengan yang terjadi di lapangan,  diperlihatkan pada tabel 3.4.



Tabel 3.4 Jadwal pekerjaan yang direncakan dan yang terjadi di lapangan

Pada perencanaan waktu pekerjaan adalah 151 hari dan sesuai dengan kontrak. Untuk masing-masing pekerjaan yaitu pekerjaan lapis pondasi atas Agergat Kelas B di jadwalkan selama 3 minggu dan dilaksanakan pada minggu ke 3 bulan ke 4, dan untuk pekerjaan lapis pondasi atas kelas A  dijadwalkan selama 3 minggu dilaksanakan pada minggu ke  3 bulan ke 4.
Dari hasil pengamatan, masing-masing pekerjaan dapat diselesaikan lebih awal dari waktu yang direncanakan disebabkan oleh adanya penambahan jam kerja atau disebut dengan lembur.

3.4         Pelaksanaan Pekerjaan
Pada pelaksanaan proyek ini kegiatan yang diikuti selama di lapangan diantaranya :
1.             Lapisan Pondasi Bawah Agregat Kelas B
Pada pekerjaan ini agregat kelas B.  Panjang total pekerjaan jalan yang di ikuti adalah 2250 m.  Berikut adalah pelaksanaan pekerjaan di lapangan :
Agregat kelas B di angkut dari tempat pencampuran menggunakan Dump Truck Interculer dan Dump Truck Engkel, kemudian ditempatkan pada lokasi di atas lapisan pondasi bawah yang sudah disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan panghamparan. Penghamparan  menggunakan Motor Grader diikuti dengan pamadatan dengan Vibrator Roller sera penyirama dengan Water Tank.

2.             Lapisan Pondasi Atas Agregat Kelas A
Pada pekerjaan agregat kelas A. karena jalan yang akan di aspal hanya 750 m, maka agregat kelas A yang dibutuhkan adalah sebanyak 600 m3. Berikut adalah pelaksanaan pekerjaan di lapangan :
Agregat kelas A di angkut dari tempat pencampuran menggunakan Dump Truck Interculer dan Dump Truck Engkel, kemudian ditempatkan pada lokasi di atas lapisan pondasi bawah yang sudah disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan panghamparan. Penghamparan  menggunakan Motor Grader diperlihatkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Perataan material kelas A menggunakan Motor Grader
a.    Penghamparan dilakukan dengan batas kelembaban yang optimum, sebagaimana yang telah ditentukan pada spesifikasi. Agregat dihampar dengan motor grader sampai satu campuran yang merata seperti agregat dihampar dalam lapisan dengan  ketebalan 15 cm, dalam satu cara sehingga kepadatan maksimum yang telah ditetapkan dapat dicapai.
b.    Pengahamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan yang di perlukan dilaksanakan dengan cadangan pengurangan ketebalan sekitar 10% yang dilakukan segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir setiap lapisan pondasi atas, bahan tersebut harus dipadatkan dengan baik dengan alat pemadat yang sesuai meliputi mesin gilas roda rata, mesin gilas jenis atau mesin gilas roda getar. Pekerjaan pemadatan diperlihatkan pada gambar 3.8.

Gambar 3.8 Pemadatan material kelas A meggunakan Vibrator Roller
c.    Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan maju mundur secara gradual (sedikit demi sedikit) dari pinggir ke tengah dari perkerasan, sejajar dengan sumbu jalan dan dilaksanakan dalam operasi yang menerus untuk membuat pemadatan matang yang merata.
d.    Kadar air untuk pemasangan dijaga  di dalam batas-batas 3% dari kadar air optimum sampai 1% lebih tinggi dari kadar air optimum dengan penyiraman air atau pengeringan bila perlu, dan bahan lapis pondasi atas tersebut dipadatkan sampai menghasilkan kepadatan 100% maksimum kepadatan kering yang diperlukan.
  3.4.1      Volume Pekerjaan
  Volume pekerjaan dalam kontrak untuk pekerjaan  yang diamati, disebutkan untuk pekerjaan lapisan pondasi atas menggunakan material agregat kelas B sebanyak 849,25 m³ dan material agregat kelas A sebanyak 600 m³. Pada setiap pekerjaan untuk penyiapan material selalu disesuaikan dengan yang tertera dalam kontrak sehingga jika pada fakta dilapangan material kurang atau lebih tidak terlalu banyak.
  3.4.2      Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan pekerjaan yang diuraikan dibawah ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan tata cara pelaksanaan yang menggambarkan pelaksanaan pekerjaan pada lapis pondasi atas (Agregat Kelas B dan Agregat Kelas A) adalah sebagai berikut:
1.    Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Lapis pondasi agregat kelas B dibawa dari tempat Pengadukan atau blending yang berada tidak jauh dari lapangan pekerjaan jalan tersebut, sebagai campuran yang merata menggunakan Dump Truck Engkel lalu dihampar ke badan jalan pada kadar air dalam bahan yang tersebar secara merata. Setiap lapis dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata dengan menggunakan Motor Grader dengan cara maju mundur sampai permukaan benar-benar rata dan sama tebal. Kemudian dilakukan Pemadatan dengan Vibrator Roller, mesin gilas beroda baja, dimulai dari sepanjang tepi bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Operasi penggilasan dilakukan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapisan tersebut terpadatkan secara merata.
2.    Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Lapis pondasi agregat kelas A dibawa dari Base Camp sebagai campuran yang merata menggunakan Dump Truck Engkel lalu dihampar ke badan jalan pada kadar air dalam bahan yang tersebar secara merata. Setiap lapis dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata dengan menggunakan Motor Grader dengan cara maju mundur sampai permukaan benar-benar rata dan sama tebal. Kemudian dilakukan Pemadatan dengan Vibrator Roller, mesin gilas beroda baja, dimulai dari sepanjang tepi bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Operasi penggilasan dilakukan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapisan tersebut terpadatkan secara merata.

3.5         Masalah Yang Terjadi di Lapangan
          Dalam pelaksanaan pekerjaan ini terdapat masalah-masalah yang timbul, berikut adalah masalah yang timbul dalam pelaksanaan proyek:
1.    Ada sebagian ruas jalan yang tidak padat keseluruhan pada pekerasan lapis A  pada saat dilakukan pemadatan, sehingga ketika dilalui kendaraan jalan menjadi bergelombang atau goyang.
2.    Tejadi penambahan kegiatan di lapangan, seperti galian atau pembongkaran tanah dasar pada jalan yang bergelombang tersebut.
3.    Cuaca yang tidak mendukung, seperti hujan yang membuat pekerjaan jadi terhambat dan sempat terhenti dalam beberapawaktu.
4. Banyaknya kendaraan masyarakat yang menggunakan jalan tersebut sebelum jalan layak digunakan sehingga proses pengerjaan sedikit terhambat. 

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

         4.1         Hasil Tinjauan Pekerjaan   
            Berdasarkan hasil tinjauan pekerjaan dilapangan yang diperoleh dari kegiatan praktek kerja lapangan adalah dapat mengetahui tahapan-tahapan pekerjaan dan pelaksanaan serta alat yang digunakan mulai dari pekerjaan galian biasa, timbunan pilihan, penyiapan badan jalan, hingga lapis pondasi  agregat kelas B dan lapisan pondasi atas agregat Kelas A.
Penghamparan material adalah suatu proses meratakan agregat lapis pondasi setelah proses angkut menggunakan dump truk dari base camp. Penghamparan material agregat tidak boleh di lakukan apabila cuaca tidak mendukung seperti pada waktu hujan karena kadar air terlalu tinggi. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum (modified) yang ditentukan oleh spesifikasi SNI.  Alat untuk menghamparkan material  agregat lapis pondasi menggunakan Motor Grader.  Setelah material sudah rata sesuai elevasi dan ketebalan yang di tentukan proses selanjutnya yaitu di padatkan menggunakan alat pemadat vibratory roller
Pada proyek pembangunan Jalan Pasi Janeng – Paya Baro Desa Rambong, Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat,  material agregat yang di pakai sama yaitu batu pecah yang sudah di olah dengan mesin stone cruser dan gradasi atau ukuran di buat sama sesuai spesifikasi yang di butuhkan untuk pembuatan pondasi jalan raya.
 Pada pekerjaan pondasi jalan raya di bagi menjadi dua segmen yaitu meliputi pekerjaan perkerasan lapis pondasi agregat kelas B 30 cm, setelah pekerjaan lapis pondasi kelas B selesai selanjutnya pekerjaan pondasi atas yang di sebut juga perkerasan lapis pondasi agregat kelas A dengan tebal 20 cm. Pada proyek pembangunan Jalan Pasi Janeng – Paya Baro Desa Rambong, Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat, material agregat lapis pondasi di datangkan langsung dari base camp. Pada proses pekerjaan  lapis pondasi terdiri dari penghamparan material, pemadatan, penyiraman dan yang terakhir uji CBR.
            Pada pekerjaan lapis pondasi atas. Pada saat penghamparan material pada lapisan pondasi atas tebal hamparan material gembur 20cm, setelah dipadatkan dengan  mengunakan Vibrator Rroller dengan 8 kali passing tebal lapis pondasi atas adalah 15cm.

         4.2 Produktivitas Tenaga Kerja dan Peralatan
Pada setiap item pekerjaan ini menggunakan alat berat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Berikut ini akan diuraikan tentang produktivitas tenaga kerja dan peralatan untuk masing-masing pekerjaan yang diamati.
4.2.1      Lapis pondasi Bawah ( Agregat Kelas B)
Berikut ini akan diuraikan perhitungan produktivitas peralatan untuk pekerjaan lapis pondasi atas menggunakan agregat kelas B.
1.    Dump truck
Dump truck yang digunakan adalah Dump Truck Engkel, Dump Truck Engkel berkapasitas 8m3. Untuk menghitung produktivitas alat ini maka terlebih dahulu dihitung waktu siklus atau Cycle Time (CT). CT terdiri dari beberapa unsur diantaranya waktu muat atau Loading Time (LT), waktu angkut atau Hauling Time (HT), waktu kembali atau Return Time (RT), waktu pembongkaran atau Dumping Time (DT) dan waktu tunggu atau Spotting Time (ST).
Dengan demikian:
CT = LT + HT + DT + RT + ST
CT = 3 menit + 15 menit + 5 menit + 7 menit + 10 menit
CT = 40 menit
Jadi, produktivitas untuk peralatan Dump Truck adalah:



Maka produktivitas untuk satu Dump Truck adalah 9,96 m3/menit/truk. jumlah Dump Truck yang digunakan adalah sebanyak 4 buah Dump Truck.
2.    Motor Grader.
Data-data yang diketahui dari hasil pengamatan yaitu motor grader berjalan dengan kecepatan rata-rata (V) 4 km/jam dan lebar efektif per passing (W) adalah 2,4 meter dan dianggap efesiensi kerja (E) adalah 0,83. Dan operator yang dibutuhkan adalah 2 orang. Untuk menghitung produktivitas digunakan rumus sebagai berikut:
Produktifitas      =1000 V.W.E
Produktifitas      = 1000 x 4 km/jam x 2,4 meter x 0,83
                         = 7968 m2/jam
Jadi, untuk produktivitas Motor Grader yang bekerja adalah 7968 m2/jam.
3.    Vibrator Roller
Pekerjaan pemadatan lapis pondasi atas dilakukan dengan menggunakan Vibrator Roller. Perkiraan produktivitas alat pemadatan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Data-data yang didapat dari pengamatan dilapangan untuk pekerjaan pemadatan adalah jumlah passing untuk pemadatan (N) adalah 8 kali, lebar pemadatan per passing (B) adalah 1,2m, kecepatan (V) adalah 2km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah 20cm, dan efesiensi (E) adalah 0,83. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang. Maka untuk menghitung produktivitas alat ini adalah sebagai berikut:



Jadi, untuk produktivitas 1 unit Vibrator Roller adalah 28,01 m3/jam.
4.2.2                    Lapis Pondasi Atas ( Agregat Kelas A)
Berikut ini akan diuraikan perhitungan produktivitas peralatan untuk pekerjaan lapis pondasi atas menggunakan agregat kelas A.
1.      Dump truck
Dump truck yang digunakan adalah Dump Truck Engkel, Dump Truck Engkel berkapasitas 8m3. Untuk menghitung produktivitas alat ini maka terlebih dahulu dihitung waktu siklus atau Cycle Time (CT). CT terdiri dari beberapa unsur diantaranya waktu muat atau Loading Time (LT), waktu angkut atau Hauling Time (HT), waktu kembali atau Return Time (RT), waktu pembongkaran atau Dumping Time (DT) dan waktu tunggu atau Spotting Time (ST). Dengan demikian:
CT = LT + HT + DT + RT + ST
CT = 3 menit + 75 menit + 5 menit + 60 menit + 30 menit
CT = 173 menit
Jadi, produktivitas untuk peralatan Dump Truck adalah:

Maka produktivitas untuk satu Dump Truckadalah 2,302 m3/menit/truk. jumlah Dump Truck yang digunakan adalah sebanyak 4 buah Dump Truck.
2.    Motor Grader.
Data-data yang diketahui dari hasil pengamatan yaitu motor grader berjalan dengan kecepatan rata-rata (V) 4 km/jam dan lebar efektif per passing (W) adalah 2,4 meter dan dianggap efesiensi kerja (E) adalah 0,83. Dan operator yang dibutuhkan adalah 1 orang. Untuk menghitung produktivitas digunakan rumus sebagai berikut:
Produktifitas      =1000 V.W.E
Produktifitas      = 1000 x 4 km/jam x 2,4 meter x 0,83
                         = 7968 m2/jam
Jadi, untuk produktivitas Motor Grader yang bekerja adalah 7968 m2/jam.
3.    Vibrator Roller
Pekerjaan pemadatan lapis pondasi atas dilakukan dengan menggunakan Vibrator Roller. Perkiraan produktivitas alat pemadatan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Data-data yang didapat dari pengamatan dilapangan untuk pekerjaan pemadatan adalah jumlah passing untuk pemadatan (N) adalah 8 kali, lebar pemadatan per passing (B) adalah 1,2m, kecepatan (V) adalah 2km/jam, ketebalan lapis akhir (L) adalah 20cm, dan efesiensi (E) adalah 0,83. Operator yang diperlukan sebanyak 1 orang. Maka untuk menghitung produktivitas alat ini adalah sebagai berikut:
 
 

Jadi, untuk produktivitas 1 unit Vibrator Roller adalah 28,01 m3/jam.

4.3       Solusi Terhadap Masalah
1. Ketika melaksanakan pemadatan pekerasan lapis podasi kelas A, sebaiknya pemadatan dilakukan secara merata, dengan pengulangan pemadatan yang sesuai dengan persyaratan, serta diselingi dengan penyiraman yang cukup agar lapis pondasi tidak mengalami retak atau hancur ketika dilalui kendaraan. Hal ini sangat penting, karena saling berhubungan dengan pekerjaan selanhutnya yaitu lapis penutup.
3.  Terjadinya penambahan pekerjaan yang terjadi diluar lingkup pekerjaan yang direncanakan memang menimbulakan masalah, sebaiknya jika terjadi menambahan pekejaan seperti dinding penahan tanah dan penambahan Box Culvert, sebelum melaksanakan pekerjaan penambahan yang tidak terduga, pihak lapangan harus melakukan ACC dengan direksi pemilik proyek tersebut.
4.  Terjadinya hujan adalah salah satu masalah alam yang tidak bisa diprediksi, ketika cuaca buruk seperti hujan tiba maka kegiatan pekerjaan pekerasan pondasi maka harus di hentikan, hal ini bisa menyebabkan pemadatan yang tidak maksimal, sebaiknya ketika cuaca terang kegian proyek harus lebih cepat dikerjakan, agar lebih efisien dengan waktu dan biaya.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
     Setelah mengikuti kerja praktek pada proyekini, banyak didapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung dilapangan baik dari pengawas lapangan, konsultan yang bekerja di dalam kantor, bahkan dari para pekerja atau tukang sekalipun, maka untuk mendapatkan hasil yang efisien dapat disimpulkan bahwa :
  1.      Mekanisme pekerjaan yang tertera pada perencanaan tidak seluruhnya bekerja sesuai dengan perencanaaan yang telah dibuat baik itu masalah taktik pekerjaan maupun Time Schedule pekerjaan.
   2.      Dari hasil pelaksanaan kelas A ternyata pada pekerjaan proyek ini sesuai dengan literatur dan spec yang diisyaratkan oleh pemilik proyek. Dari pemeriksaan CBR laboratorium (kelas A) dihasilkan sebesar 92%, yang mana telah memenuhi persyaratan spesifikasi >90%.
   3.      Material yang digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam kontrak, yaitu Lapisan Pondasi Bawah (LPB) menggunakan agregat kelas B dan Lapisan Pondasi Atas (LPA) menggunakan agregat kelas A.
5.2  Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya kepada pelaksana proyek dan pada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan proyek sebagai berikut :
1.     Sebaiknya pada waktu melaksanakan pemadatan terutama pada daerah yang mudah mengalami penurunan, dilakukan pemadatan dan pengawasan yang lebih baik agar dapat menghasilkan kualitas jalan seperti yang diharapkan.
2.     Hendaknya semua pihak yang berperan dalam suatu pelaksanaan proyek lebih disiplin melaksanakan tugasnya masing-masing, sehingga dapat diperoleh hasil seperti yang direncanakan.

No comments:

Post a Comment